Minggu, 18 September 2011

Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningitis adalah suatu peradangan dari meninges, membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang..Kebanyakan kasus disebabkan oleh bakteri atau virus, tetapi beberapa dapat disebabkan oleh obat tertentu atau penyakit.Bakteri meningitis jarang terjadi, tetapi biasanya serius dan dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani segera.Meningitis Viral (juga disebut meningitis aseptik) relatif umum dan jauh lebih serius. Sering tetap tidak terdiagnosa karena gejalanya bisa sama dengan flu biasa.
Anak-anak dari segala usia bisa mendapatkan meningitis, tetapi karena dapat dengan mudah menyebar di antara orang yang tinggal di jarak dekat, remaja, mahasiswa, dan asrama sekolah siswa pada risiko tinggi untuk infeksi. Jika ditangani dengan segera, meningitis dapat diobati dengan sukses.. Jadi penting untuk mendapatkan vaksinasi rutin, mengetahui tanda-tanda meningitis, dan jika Anda menduga bahwa anak Anda memiliki penyakit, mencari perawatan medis yang tepat pergi

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan beberapa masalahantara lain:
1. Bagaimana konsep penyakit Meningitis ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Meningitis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep penyakit Meningitis
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Meningitis


BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
a. Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
b. Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medulla spinalis (Batticaca,fransiscac,2008)
c. Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamater di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
d. Meningitis adalah radang pada meningen/ membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. (Muttaqin, Arif. 2008)
e. Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. (wikipedia.com)
f. Meningitis adalah infeksi meninges oleh bakteria, biasanya didasari ensefalitis.(Brashers, Valentina L.2007).

2. EPIDEMIOLOGI
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi SSP yang akut dan memiliki angka kematian dan kecacatan yang tinggi.Diagnosis meningitis sering mengalami kelambatan karena gejala dan tanda klinis meningitis tidak spesifik terutama pada bayi.Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar ke dalam darah ke cairan otak.
Daerah “sabuk meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996, terjadi wabah meningitis dimana 250 ribu orang menderita penyait ini dengan 25 ribu korban jiwa. Meningitis pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya di Jakarta merupakan penyakit yang cukup banyak. Angka kejadian tertinggi pada umur 2 bulan sampai 2 tahun.
Dalam penelitian retrospektif observasional pada penderita meningitis bakteri sejak bulan Januari 1989 hingga Desember 2000 di bangsal anak RS Dr. Sutomo, diperoleh 840 kasus meningitis terdiri 479 laki-laki dan 361 perempuan. Usia terbanyak pada 1-4 tahun.
Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umur antara 1 dan 10 tahun. Penyakit ini relatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. Di AS dan Finland, hampir 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama keadaan nonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasien usia 5 sampai 9 tahun.


3. ETIOLOGI
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
1) Haemophillus influenzae
2) Nesseria meningitides (meningococcal)
3) Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
4) Streptococcus, grup A
5) Staphylococcus aureus
6) Escherichia coli
7) Klebsiella
8) Proteus
9) Pseudomonas
b. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna
c. Jamur
Meningitis karena jamur yang biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Contohnya: coccidioides dan candida
d. Protozoa

4. TANDA DAN GEJALA
Walaupun banyak jenis organisme penyebab meningitis, secara umum tanda dan gejalanya hampir sama semua, antara lain:
a. Secara umum gejala meningitis adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, photopobia, adanya tanda rangsang meningeal/iritasi meningen seperti; kaku kuduk positif, tanda Kernig positif, dan tanda Brudzinski positif, perubahan tingkat kesadaraan, kejang, peningkatan tekanan intrakranial, disfungsi saraf kranial, dan penurunan status mental (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Hickey, 1997).
b. Salah satu komplikasi lanjut dari meningitis adalah koma, hal ini merupakan prognosis yang buruk, dan dapat terjadi pada 5%-10% pasien meningitis bakterial.
c. Tanda dan gejala lain yang tidak khas pada pasien meningitis adalah; terjadi hipersensitivitas kulit, hiperanalgesia, dan hipotonus otot, walaupun fungsi motorik masih dapat dipertahankan. Efek toksin pada otak atau trombus pada suplai vaskular ke area serebral menyebabkan ketidakmampuan permanen fungsi serebral, jika terjadi perubahan patologi, maka dapat terjadi hemiparesis, demensia, dan paralisis (Hickey, 1997). Obstruksi jalan napas atau disritmia jantung dapat terjadi.
d. Gejala meningitis yang diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intracranial (TIK):
1) Sakit kepala dan demam
Sakit kepala dan demam adalah gejala awal meningitis.Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen.Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2) Perubahan pada tingkat kesadaran
Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses fisiologi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
3) Iritasi meningen
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali, yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
a) Rigiditas nukal (kaku leher)
Rigiditas nukal merupakan tanda awal dan rigiditas nukal adalah upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda Kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c) Tanda Brudzinski
Bila leher pasien difleksikan maka hasilnya adalah fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah di salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

d) Fotofobia
Pada beberapa pasien, tanpa alasan yang diketahui pasien meningitis mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
4) Kejang dan peningkatan TIK
Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral.
5) Adanya ruam
Ruam merupakan salah satu cirri yang mencolok pada meningitis meningokokal (Neisseria meningitis).Sekitar setengah dari semua pasien meningitis, terdapat ruam petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
6) Infeksi fulminating
Terjadi pada sekitar 10 % penderita meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda kuagulopati intravascular diseminata (KID).

e. Manifestasi klinis pada anak:
a) Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang.
b) Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma
c) Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
d) Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan
e) Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
f) Tanda kernig dan brudzinki (+)
g) Kulit dingin dan sianosis
h) Peteki/adannya purpura pada kulit  infeksi meningococcus (meningo cocsemia)
i) Keluarnya cairan dari telinga  meningitis peneumococal
j) Congenital dermal sinus  infeksi E. Colli
k) Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun
l) Nafsu makan menurun dan menangis meraung-raung.
m) Fontanel menonjol
n) Nuchal Rigidity  tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat

f. Pada Neonatus:
Sukar untuk diketahui  manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik  ada kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:
1) Menolak untuk makan
2) Kemampuan menelan buruk
3) Muntah
4) Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah
5) Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang
6) RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.
7) Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak
8) Leher fleksibel
9) Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak diobati/ditangani

5. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.











6. PATHWAY























terdapat ruam dan
lesi purpura





Sesak nafas


7. KLASIFIKASI
a. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
1) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih.Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lainnya adalah lues, Virus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.
2) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
b. Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab :
1) Meningitis bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arachnoid dan subarachnoid.Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar 25% (Ignatavicius & Wrokman, 2006). Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia (pneumococcus), Neisseriameningitides, Haemophilus influenza, (meningococcus),Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis
2) Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster .Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleidacid).Contoh virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS)
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula (penyembuhan secara komplit) .Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis akut.Derajat ringan akut meningo-ensepalitis mungkin terjadi pada banyak infeksi virus akut, biasanya terjadi pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa tidak teridentifikasi.
3) Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30%-40% dan insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh (Martz, 1990 dalam Depkes RI, 1998). Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Jamur cenderung menimbulkan meningitis kronis atau abses otak.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Analisis CSS dari fungsi lumbal.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
a) Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2) Glukosa serum: meningkat
3) LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
4) Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
5) Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
6) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
7) ESR/LED: meningkat pada meningitis
8) Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
9) Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis.

b. Radiologi
1) MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
2) Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.
3) Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensifsuportif untuk membantu pasien melaluimasa kritis :
a. Penderita dirawat di rumah sakit.
b. Pemberian cairan intravena.
c. Bila gelisah berikan sedatif/penenang.
d. Jika panas berikan kompres hangat, kolaborasi antipiretik.
e. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan:
1) Kombinasi amphisilin 12-18 gram, klorampenikol 4 gram, intravena 4x sehari.
2) Dapat dicampurkan trimetropan 80 mg, sulfa 400 mg.
3) Dapat pula ditambahkan ceftriaxon 4-6 gram intra vena.
f. Pada waktu kejang:
1) Melonggarkan pakaian.
2) Menghisap lendir.
3) Puasa untuk menghindari aspirasi dan muntah.
4) Menghindarkan pasien jatuh.
g. Jika penderita tidak sadar lama:
1) Diit TKTP melalui sonde.
2) Mencegah dekubitus dan pneumonia ostostatikdengna merubah posisi setiap dua jam.
3) Mencegah kekeringan kornea dengan borwater atau salep antibiotic.
h. Jika terjadi inkontinensia, pasang kateter.
i. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital.
j. Kolaborasi fisioterapi dan terapi bicara.
k. Konsultasi THT (jika ada kelainan telinga, seperti tuli).
l. Konsultasi mata (kalau ada kelainan mata, seperti buta).
m. Konsultasi bedah (jika ada hidrosefalus).

Terapi Farmakologis
a. Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun.
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan : a) Sefalosporin generasi ke 3 b) Ampisilin 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari. c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari. 3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a) Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b) Sefalosforin generasi ke 3.
b. Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Penurun panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis
b) Kompres air PAM atau es.
c. Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

10. PROGNOSIS
Mortalitis tergangtung pada virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh pasien, terlambat atau cepatnya mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Pasien yang parah dan dengan kombinasi adanya demam, dehidrasi, alkalosis dan edema serebral memungkinkan terjadinya kejang. Obstruksi jalan nafas, henti nafas, atau disritmia jantung dapat terjadi, sehingga intervensi keperawatan harus bekerjasama dengan dokter.
Adapun Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu
a. Hidrosefalus obstruktif
b. Meningococcus Septicemia ( mengingocemia )
c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
d. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
e. Efusi subdural
f. Kejang
g. Edema dan herniasi serebral
h. Cerebral palsy
i. Gangguan mental
j. Gangguan belajar
k. Attention deficit disorder
l. Ketidaksesuaian sekresi ADH
m.Pengumpulan cairan subdural
n. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan
o. Retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II ( optikus )
p. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut, konjungtivitis.
q. Epilepsi
r. Pneumonia karena aspirasi
s. Emfisema subdural
t.Keterlambatan bicara
u. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan bola mata.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Data Biopsikososial-spiritual
a. Aktivis/Istirahat
1) Gejala : Perasaa tidak enak ( Malaise ).
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya
2) Tanda : ataksia , masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
Hipotonia
b. Sirkulasi
1) Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endocarditis, beberapa penyakit jantung kongenital ( abses otak ).
2) Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat ( berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor).
Takikardia, disritmia ( pada fase akut ), seperti disritmia sinus ( pada meningitis )
c. Eliminasi
1) Tanda : Adanya inkontinensia atau retensi
d. Makanan / Cairan
1) Gejala : Kehilangan nafsu makan
Kesulitan menelan ( pada periode akut ).
2) Tanda : Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
e. Higiene
1) Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut ).
f. Neurosensori
1) Gejala : Sakit kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat.
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan pada saraf kranial ).Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (meningitis) .Timbul kejang (meningitis bakteri/abses otak).
Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia( fase awal dari beberapa infeksi)
Fotofobia ( pada meningitis)
Ketulian ( pada meningitis/ ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan
Adanya halusinasi penciuman/ sentuhan
2) Tanda : Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan( dapat merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial).
Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi
Mata (ukuran/ reaksi pupil) ; unisokor/ tidak berespon terhadap cahaya( peningkatan TIK), nistagmus (bola mata bergerak- gerak terus menerus)
Kejang umum atau local ( pada abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia / flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis) .
Refleks abdominal menurun / tidak ada, reflex kremastetik hilang pada laki- laki ( meningitis).
g. Nyeri/ Kenyamanan
1) Gejala : Sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal). Mungkin akan diperburuk oleh ketegangan; leher/ punggung kaku; nyeri pada gerakan ocular, fotosensitifitas sakit; tenggorok nyeri.
2) Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis/ mengaduh, mengeluh .
h. Pernafasan
1) Gejala: Adanya riwayat infeksi sinus atau paru ( abses otak)
2) Tanda : Peningkatan kerja pernafasan (episode awal).
Perubahan mental ( letargi sampai koma ) dan gelisah

i. Keamanan
1) Gejala : adanya ISPA atau infeksi lain meliputi: mastoiditis, telinga tengah, sinus , abses gigi: infeksi pelvis, abdomen atau kulit; fungsi lumbal, pembedahan , fraktur pada tengkorak,/ cedera kepala, anemia sel sabit
Gangguan penglihatan atau pendengaran
2) Tanda : Suhu meningkat, diaphoresis , menggigil
Adanya ras, purpura menyeluruh , perdarahan sub kutan
Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid / spastik; paralisis atau paresis
Gangguan sensasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit kepala, kaku kuduk, kejang, TD meningkat, gelisah
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah ke serebral ditandai dengan sesak nafas
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dngan sakit kepala, nyeri sendi, RR meningkat, TD meningkat, nadi meningkat, wajah meringis kesakitan, skala nyeri >0.
d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh > 37,5°C, sakit kepala, kelemahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan mual, muntah, nafsu makan menurun.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan adanya ruam dan lesi
g. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat meningitis.

h. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan tahanan sekunder akibat gangguan neuromuskular ditandai dengan tonus otot menurun, kekuatan menangis melemah.
i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan penyakit yang ditandai dengan pasien dan keluarga bingung



3. INTERVENSI

NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan perfusi jaringan serebral adekuat dengan KH :

a. Tingkat kesadaran membaik (GCS: E4 M6 V5).
b. Klien tidak sakit kepala.
c. Klien tidak kaku kuduk.
d. Tidak terjadi kejang
e. TD dalam batas normal (bayi 85/54 mmHg, toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg, remaja 110/65 mmHg).
f. Klien tidak gelisah.
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dlakukan pungsi lumbal.

2. Pantau/catat status neurologis, seperti GCS.










3. Pantau tanda vital, seperti tekanan darah.






4. Pantau pernapasan, catat pola dan irama pernapasan.




5. Berikan waktu istiahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan tersebut.
6. Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral.
7. Pantau GDA. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
1. Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya risiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis segera.

2. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.

3. Normalnya autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik.
4. Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena.
5. Mencegah kelelahan berlebihan. Aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan TIK
6. Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.




7. Terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk iskemia serebral.

2. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan pola pernapasan efektive dengan KH :
a. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
b. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
c. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.


1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.





3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.


4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak.


5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.


1. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.




2. Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Pengetahuan apayang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

3. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan nyeri teratasi
dengan KH :
a. Klien tidak sakit kepala
b. Nadi, RR, dan TD dalam batas normal
c. Wajah tidak meringis kesakitan
d. Skala nyeri 0
1. Pantau TTV terutama Nadi, RR, dan TD
2. Beri posisi yang nyaman



3. Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri yang penting.
4. Berikan latihan rentang gerak secara tepat dan masase otot.




5. Ajarkan teknik manajemen nyeri (distraksi).
6. Berikan analgetik sesuai indikasi

1. Peningkatan TTV mengindikasikan nyeri
2. Posisi yang nyaman membantu mengurangi nyeri

3. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
4. Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut
5. Membantu mengurangi nyeri

6. Membantu mengurangi nyeri.


4. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan suhu tubuh kembali normal
dengan KH :
a. Suhu tubuh 36-37,5°C
b. Klien tidak sakit kepala
c. Klien merasa lebih bertenaga
1. Monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan secara tiba-tiba.
2. Berikan kompres hangat.





3. Pantau asupan dan haluaran cairan.




4. Anjurkan orang tua untuk memberikan anak banyak minum.






5. Berikan obat penurun panas sesuai indikasi.

6. Berikan antibiotik, jika disarankan.
.
1. Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-kejang.
2. Kompres air efektif menyebabkan tubuh menjadi dingin melalui peristiwa konduksi.
3. Haluaran cairan yang berlebihan akibat penguapan dapat menyebabkan dehidrasi
4. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan.
5. Membantu menurunkan suhu tubuh.

6. Antibiotik sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisme penyebab

5. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan Ketidakseimbangan nutrisi teratasi
dengan KH :
a. Asupan nutrisi adekuat
b. Berat badan normal
c. Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 – 5,8 g/dL
Hb : 13,5-17,5 g/dl (pria)
11,5-15,5g/dl(wanita)
Ht : 31 – 43 %
Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012

1. Observasi dan catat masukan makanan pasien


2. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering

3. Observasi mual / muntah, flatus.


4. Bantu pasien melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut sebelum atau sesudah makan.




5. Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.

6. Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.
7. Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal

1. mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2. makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi
3. gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
4. meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
5. mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
6. bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.

7. meningkatkan masukan protein dan kalori.

6. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit
dengan KH :
a. Menunjukkan penyembuhan luka sesuai waktu tanpa komplikasi.
b. Menunjukkan teknik meningkatkan penyembuhan atau pencegahan komplikasi.
1. Obeservasi atau catat ukuran, warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka
2. Ubah posisi dengan sering

3. Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering atau lembab
4. Berikan kasur busa atau udara sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian antibiotik oral,topikal, dan IV sesuai indikasi
1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
2. Memperbaiki sirkulasi darah

3. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan

4. menurunkan tekanan kulit dan meningkatkan sirkulasi
5. mencegah atau mengontrol infeksi.

7. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan tidak terjadi cedera.
dengan KH :
a. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
b. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
1. Gunakan tempat tidur yang rendah, dengan pagar tempat tidur terpasang.
2. Longgarkan pakaian bila ketat
3. Gunakan matras pada lantai.




4.Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap anak kecil.



5. Berikan terapi antikonvulsan.
1. Untuk menghindari cedera saat jatuh dari tempat tidur.

2. Untuk menghindari sesak saat kejang
3. Penggunaan matras pada lantai dapat meminimalisasi cedera bila terjatuh, misalnya dari tempat tidur.
4. Pemantauan yang konstan dibutuhkan untuk menghindari anak dari kecelakaan yang dapat menyebabkan anak cedera.
5. Untuk mengatasi kejang.

8. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan dapat melakukan mobilitas secara mandiri. dengan KH :
a. Tonus otot meningkat
555 555
555 555
b. Kekuatan menangis meningkat
1. Hindari berbaring atau duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama




2. Ajarkan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat sedikitnya 4x sehari.
3. Anjurkan untuk ambulasi, dengan atau tanpa alat bantu.
4. Lakukan mandi air hangat.



5. Berikan posisi pasien yang menimbulkan rasa nyaman
1. Berbaring atau duduk dalam posisi yang sama dalam waktu lama dapat meningkatkan kekakuan otot dan menimbulkan risiko dekubitus.
2. Untuk merelaksasikan otot agar imobilitas fisik perlahan-lahan dapat teratasi
3. Untuk melatih otot agar terbiasa untuk mobilisasi
4. Mandi air hangat dapat mengurangi kekakuan tubuh pada pagi hari dan
memperbaiki mobilitas.
5. menurunkan kelelahan meningkatkan relaksasi dan menurunkan resiko terjadinya kerusakan pada kulit.

9 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...jam) diharapkan Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakit dan prosedur pembedahan. dengan KH :
a. Menyatakan pemahaman penyakit jantung sendiri, rencana pengobatan, tujuan pengobatan, dan efek samping atau reaksi merugikan
b. Menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian tepat
c. Mengidentifikasi atau merencanakan perubahan pola hidup yang perlu


1. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.



2. Berikan informasi tentang kebutuhan tentang diet tinggi TPTK yangdapat diberikan/ dimakan dalam jumlah kecil/ tapi sering.
1. Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima/ memproses dan mengingat/ menyimpan informasi yang sesuai
2. Meningkatkan proses penyembuhan makanan-makanan dalam jumlah kecil/ tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit pada proses metabolism, menurunkan iritasi lambung dan meningkatkan pemasukan secara total.




4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. EVALUASI


NO DIAGNOSA EVALUASI
1 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit kepala, kaku kuduk, kejang, TD meningkat, gelisah
Gangguan perfusi jaringan serebral teratasi

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah ke serebral ditandai dengan sesak nafas
Pola nafas tidak efektif teratasi

3 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dngan sakit kepala, nyeri sendi, RR meningkat, TD meningkat, nadi meningkat, wajah meringis kesakitan, skala nyeri >0.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) teratasi

4 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh > 37,5°C, sakit kepala, kelemahan
Hipertermi teratasi

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan mual, muntah, nafsu makan menurun.
Ketidakseimbangan nutrisi teratasi

6 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan adanya ruam dan lesi
Kerusakan integritas kulit teratasi

7 Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat meningitis.
Risiko cedera teratasi

8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan tahanan sekunder akibat gangguan neuromuskular ditandai dengan tonus otot menurun, kekuatan menangis melemah.
Kerusakan mobilitas fisik teratasi

9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan penyakit yang ditandai dengan pasien dan keluarga bingung
Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakit dan prosedur pembedahan.



BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu peradangan dari meninges, membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang..Kebanyakan kasus disebabkan oleh bakteri atau virus, tetapi beberapa dapat disebabkan oleh obat tertentu atau penyakit.Bakteri meningitis jarang terjadi, tetapi biasanya serius dan dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani segera.Meningitis Viral (juga disebut meningitis aseptik) relatif umum dan jauh lebih serius. Sering tetap tidak terdiagnosa karena gejalanya bisa sama dengan flu biasa.


B. SARAN
Diharapkan bagi para mahasiswa keperawatan memperbanyak ilmu tentang adanya berbagai macam penyakit serta penanggulangnnya sejak dini sehingga kita akan dapat membantu masyarakat dalam pencegahan berbagai penyakit menular atau tidak menular khususnya pada penyakit system neurobehavior. Dan jugaiharapkan sebagai mahasiswa keperawatan agar lebih memahami tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan khususnya pada pasien meningitis dan agar dapat menambah wawasan.








DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, Aziz. 2008. Askep Anak dengan Meningitis.http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18603
Batticaca, Fransisca C. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem persarafan.Jakarta : Salemba Medika
Brashers,Valentina R. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi ; Pemeriksaan dan Manajement . Edisi 2.Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 2003.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doengos,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan .Edisi 3. Jakarta: EGC
Hidayat. 2009. Askep Meningitis.http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/askep-meningitis/
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi 6.Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8.Volume 3.Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar